
KETIKA BUMI MEMINTA SUNYI
Wahai manusia
Engkau sang penghuni bumi
Kau getarkan aku dengan kehidupanmu
Kau ramaikan aku dengan gelaran sandiwaramu
Kau tumpahi aku dengan keluh kesahmu
Kau puaskan nafsumu dengan memuja dosa
Wahai manusia
Kau terlahir di hamparan tanahku
Kelak kau terbenam di kedalaman tanahku jua
Apa yang telah kau perbuat untuk aku semasa nafas kehidupan kau hirup
Kau hanya menginjak, menjelajah, merenggut dan meraup paksa
Segala denyut nadiku hingga berdetak lemah
Wahai manusia
Dalam kekuasaan dan kekasaranmu aku selama ini hanya diam
Ketika aku sekali kali murka namun kau tetap tak pernah mengerti
Aku gertakkan ragaku lewat gempa
Aku hempaskan air mataku lewat tsunami
Aku kobarkan amarahku lewat meletusnya gunung merapi
Aku teriakkan emosiku lewat petir banjir longsor nan membahana
Wahai manusia
Apakah tak punya mata untuk melihat betapa carut marutnya alam cantikku
Atau kau tak punya telinga untuk mendengar betapa kerasnya jerit tangisku
Atau jangan-jangan kau memang tak punya hati untuk merasakan kesakitanku atas segala sampah serapahmu
Kini aku hanya meminta sunyi
Melalui makhluk mini 150 nanometer yang tak bisa kau lihat
Seperti selama ini kau tak pernah melihatku
Kini aku hanya meminta hening
Melalui deru tentara covid-19 ku yang tak kan kau dengar
Seperti selama ini kau tak pernah mendengarku
Kini aku hanya meminta senyap
Melalui kekuatan daya replikasiku yang tak kan kau rasakan
Seperti selama ini kau tak pernah merasakanku
Mungkin akan terasa lama
Tapi percayalah hanya sejenak saja
Agar langit kembali biru
Agar hutan kembali hijau
Agar laut kembali jernih
Dan yang paling kuharapkan
Agar kau tak buta, tak tuli dan tak hilang rasa lagi
Wahai manusia
Allah telah ciptakan mata telinga dan hati
Gunakanlah untuk menjalani kehidupan dengan baik
Agar ketika kau terlahir baik maka kelak kau kembali kepadaNya
dalam keadaan yang lebih baik
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
KUNCI KESUKSESAN RAFA
KUNCI KESUKSESAN RAFA Oleh: Alya Winanda Syawalina Rizki (Juara I Lomba Menulis Cerpen Rayon 5 Kabupaten Bandung) Cuaca pagi ini sangat cerah. Kulihat senyuma
NGANJANG KA BULAN
NGANJANG KA BULAN Ku Sumyati Wanci nyérélék maju ka peuting. Hawa di kamar beuki bayeungyang waé karasana ku Néng Asih m
TERJEBAK TULISAN SENDIRI
(Oleh: Sumyati ) Mobil xenia putih berhenti pas di depan gerbang utama rumah berlantai dua. Rumah berpagar batu alam yang terletak di jalan utama terlihat
PUISI RAMADAN
PRAKTIK ZAKAT oleh Sumyati antrian anak pria wanitasatu persatu mendekati mejadijaga tiga anak beliadepan kelas merekadi tangannya uang recehan enam lembar lima ribuan anak berkemeja
PUISI RAMADAN
BAJU LEBARAN Oleh Sumyati tradisi idul firtiyang tak terpungkiridari cacah hingga priyayiwalau lidah mengingkari, meredam hatidari rayuan mata kanan dan kirishopee, lazada dan toko pe
PUISI RAMADAN
ISYA Oleh Sumyati Rasululloh bersabda:subuh dan isya adalah salat terberat bagi para munafikpadahal telah alloh persiapkan pahalasetara pahala salat sunat sete
KUTIFAN AUTO BIOGRAFI
ANTARA TUGAS NEGARA DAN ANAK H.R. Tirmidzi Dan ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu beriringan dengan kesabaran. Jalan keluar beriringan dengan kesukaran
RAMADAN BERPUISI 3
PESAN AR-RAHMAN Tahukah Kalian: kenapa allah menciptakan mahluknya berpasangan? ada kemarau ada hujan ada panas ada dingin ada susah ada sena
RAMADAN BERPUISI 2
RASA, CINTA DAN DOSA Masih tentang hati dan rasa yang tak mampu berhenti mengeja angan, harapan dan kenyataan duka, lara dan kecewa hingga cemburu mengusut na
ADAKAH YANG KAU LIHAT TAK SEIMBANG Oleh : Omah Karmanah
GAPAILAH CITA-CITAMU SETINGGI LANGIT, TERBANGLAH SAMPAI KE ATAS AWAN TANPA SENGIT , TUK MENGGAPAI CITA-CITA DAN HARAPAN, TETAP SEMANGAT TUK MASA DEPAN WALAU GELOMBANG DATANG