KUNCI KESUKSESAN RAFA
KUNCI KESUKSESAN RAFA
Oleh: Alya Winanda Syawalina Rizki
(Juara I Lomba Menulis Cerpen Rayon 5 Kabupaten Bandung)
Cuaca pagi ini sangat cerah. Kulihat senyuman manis Rafa yang tulus. Wajahnya cerah berseri-seri, secerah mawar bermekaran di taman. Rafa dikenal sebagai anak mandiri. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia dua tahun yang lalu. Ia tinggal bersama seorang adik perempuannya yang berusia tujuh tahun. Karenanya, Rafa selalu banting tulang untuk membiayai hidup mereka berdua dan membayar utang piutang peninggalan kedua orang tuanya.
Rafa berjualan kue di sekolahnya, mengambil dari Bu Lina tetangganya. Keuntungannya darinya, belum bisa mencukupi semua kebutuhan hidup mereka berdua. Karenanya, ia berjualan keliling hingga malam. Tak peduli akan banyaknya cibiran teman-teman yang tidak menyukainya.
“Hei! Anak yatim piatu. Masih percaya diri saja sekolah disini? Lihatlah sekelilingmu! Mereka semua memiliki orang tua, sedangkan kau tidak. Hahahaha,” ejek teman-temannya.
Ejekan seperti itu sudah menjadi makanan sehari-harinya. Ia hanya bisa pasrah kepada takdir. Di perjalanan saat pulang sekolah, ia melihat sebuah boneka yang diinginkan adiknya. Kebetulan uang tabungannya cukup untuk membeli boneka tersebut. Hatinya girang terbayang adiknya senang dengan boneka pemberiannya.
Namun sesampainya di rumah, betapa terkejutnya ia. Melihat sang adik tergeletak tak sadarkan diri di lantai, wajahnya pucat. Jantung Rafa seketika berdegup kencang. Panik, cemas, gelisah, menghantui dirinya. Ia berlarian kesana kemari, menangis memohon-mohon bantuan kepada semua orang untuk mengantarkan Rifa ke rumah sakit. Untungnya, ada tetangga baik hati mengantar ke rumah sakit terdekat.
Di ruang tunggu, Rafa sangat gelisah memikirkan Rifa. Berbagai prasangka muncul di pikirannya. Takut jika adiknya terkena penyakit berat dan meninggalkannya. Hanya Rifa yang dia punya. Jika sampai pergi mengikuti ayah ibunya, ia akan hidup sendirian.
“Rifa, kamu harus sembuh, Adikku! Hanya kamu yang kakak punya. Kakak tidak punya siapa-siapa lagi jika kamu pergi. Karena itu, kakak akan berjuang sekuat tenaga agar kamu sembuh,” ucap Rafa dalam hati.
“Rafa!” safa dokter. Rafa terbangun dari hayalannya.
“Adikmu terkena anemia. Dia mengalami kekurangan sel darah merah. Hal ini dimungkinkan karena pola makan yang tidak sehat, kurang tidur, bahkan sering menahan lapar. Tetapi mungkin juga ini penyakit turunan. Apakah ayah ibumu memiliki penyakit serupa?” lanjut dokter.
“Kalo keturunan, sih tidak ada. Yang jelas, kami sering menunda waktu makan karena tak ada yang mesti dimakan. Kami orang susah, Dok,” jawab Rafa sambil meneteskan air mata.
“Sabar ya, Nak! Tapi adikmu harus segera disembuhkan. Agar cepat pulih, untuk beberapa hari terpaksa harus dirawat inap,” jelas dokter.
Rafa keluar ruangan dengan perasaan pasrah. Ia berpikir keras, apa yang harus dilakukannya untuk bisa menebus biaya rumah sakit. Lalu ia mengeluarkan uang lima lembar dua ribuan dari sakunya. Ia menahan tangis memikirkan bagaimana caranya membayar biaya rumah sakit nanti.
Tetapi yang terpenting saat ini adalah kesehatan adiknya. Ia harus bekerja keras demi kepulihan Rifa.
Rasa bersalah seketika menghantui dirinya. Ia kecewa dengan dirinya sendiri karena terlalu fokus bekerja sampai kesehatan adiknya tidak terperhatikan. Ia merasa sudah cukup berhasil mengurus semuanya sendiri, termasuk mengurus sang adik. Namun ternyata masih banyak yang terabaikan.
Beberapa saat kemudian, dokter menghampiri Rafa yang sedang merenung.
“Nak, ada apa denganmu? Kenapa kamu merenung begini? Khawatir dengan adikmu, ya? tanya dokter.
“Iya, dok. Tapi di sisi lain, saya memikirkan bagaimana cara membayar biayanya. Keluarga saya tidak memiliki asuransi kesehatan. Apakah ada keringanan untuk pembayarannya?” keluh Rafa.
“Maaf, Nak. Sebenarnya saya mau memberikan keringanan. Tapi saya tidak punya hak untuk itu. Memang sudah begitu peraturan membayarnya. Semangat, ya! Demi kepulihan adikmu,” ucap dokter.
Lima hari kemudian, dokter menyatakan bahwa Rifa sudah diperbolehkan pulang. Sambil menjemput sang adik, Rafa diminta untuk menghadap administrasi. Ketika menunggu gilirannya, dia merasa sangat cemas. Berharap tagihan yang muncul nanti masih sanggup untuk dibayar. Sudah gilirannya untuk menerima tagihannya. Namun, betapa terkejutnya ia ketika melihat total yang harus dibayar sebesar lima juta rupiah.
Demi membayar tagihan rumah sakit sebesar lima juta rupiah tersebut, Rafa banting tulang kesana kemari tanpa henti. Ia menghiraukan lelahnya, tanpa makan, minum, bahkan tanpa istirahat. Ia sudah bersusah payah menabung, tetapi hasilnya masih juga belum mencukupi tagihan rumah sakit. Andai keluarganya memiliki asuransi kesehatan, mungkin ia tidak akan sesulit ini.
Pagi ini, Rafa sedang mengambil kue di tetangganya, Bu Lina untuk dijual. Ia berbincang dengan Bu Lina, menceritakan keluh kesahnya dalam membayar biaya rumah sakit adiknya.
“Rafa, Ibu ada uang dua juta. Bisa kamu bayar untuk biaya rumah sakit adikmu,” ucap Bu Lina sambil menyodorkan uang dua juta tersebut.
“Tidak, Bu tidak apa-apa. Aku akan lebih giat berjualan lagi sampai semua uangnya terkumpul,” tolak Rafa.
“Terimalah, Rafa. Kamu sudah cukup lelah berjualan. Bayar dua juta dulu, ya! sisanya maaf Ibu tidak bisa bantu,” paksa Bu Lina.
“Terima kasih, Bu. Aku berjanji akan mengembalikan uangnya nanti,” ucap Rafa.
“Sudah sudah lupakan. Tidak usah dikembalikan, ya! Ibu memang berniat membantumu. Semoga seluruhnya cepat terlunaskan, ya!” bantah Bu Lina.
Karena kalah berdebat, dengan pasrah Rafa menerima uang tersebut. Sejujurnya, dia memang membutuhkan uang. Setidaknya, bebannya untuk membayar rumah sakit berkurang. Ia hanya harus mengumpulkan sisanya, yaitu sebesar tiga juta rupiah. Namun baginya, tentu saja uang tiga juta rupiah sangatlah besar. Ia harus mencari lagi sambilan agar uangnya cepat terkumpul dan biayanya cepat terlunaskan.
Sambil berjualan, Rafa pergi ke rumah sakit untuk membayarnya. Rafa memohon-mohon kepada pihak rumah sakit agar sisanya bisa dicicil. Sambil menangis mengeluarkan uang dari kantong plastik yang dibawanya. Alangkah terkejutnya mereka, ketika melihat uang recehan berantakan. Semua orang terharu menyaksikan bocah 13 tahun itu rela melakukan apapun demi adiknya.
Semenjak itu, Rafa semakin fokus dalam memperhatikan kesehatan adiknya tanpa kenal lelah. Di sela-sela berjualan menyempatkan pulang, memberi makan dan minum obat Rifa hingga sembuh total
Hari demi hari, keadaan Rifa semakin membaik. Ia dan Rafa kembali fokus bersekolah. Karena takut kesehatan adiknya tidak terperhatikan, Rafa membawanya untuk berjualan bersama. Orang-orang yang melihatnya merasa iba. Banyak dari mereka yang memborong dagangannya. Syukurlah, dagangan mereka semakin laris manis. Ini menjadi kesempatan berharga mereka untuk membayar biaya rumah sakit dan utang-piutang mendiang orang tuanya.
Berkat kemandirian mereka, keberuntungan pun datang. Ada seorang bapak bernama Pak Ali yang memborong dagangannya. Ia merekrut Rafa untuk menjadi karyawan di toko kuenya yang cukup terkenal di kotanya. Tentu Rafa menerimanya. Namun, ia enggan meninggalkan Bu Lina. Dia memutuskan untuk menjadikan pekerjaannya sebagai paruh waktu. Semua pendapatan dari bekerja paruh waktu tersebut ia kumpulkan untuk modal usahanya di masa depan.
Sekarang, Rafa sudah dewasa dan sukses. Dia memiliki toko kue yang cukup terkenal dan terfavorit di kotanya. Bahkan, toko kue miliknya memiliki banyak cabang. Ia memiliki ratusan karyawan. Pemasarannya juga tidak hanya secara langsung, tetapi juga memalui pemasaran online. Hal itu membuat pendapatannya sangatlah tinggi. Selain itu, mereka yang dulu meminjamkan uang kepada keluarganya dan menindasnya, merekalah yang sekarang mengutang dan berlutut kepada Rafa. Bahkan, beberapa dari mereka menjadi karyawan di toko kuenya. Roda kehidupan memang terus berputar.
Adiknya, Rifa juga sudah sukses. Dia adalah pemilik salon kecantikan yang sangat terkenal di kalangan para wanita di kotanya. Tidak salah ia menjadikan kemandirian kakaknya sebagai panutan. Ia sangat bangga dan berterima kasih kepada sang kakak yang sudah rela berkorban untuknya. Berkatnya, dia berhasil mencapai cita-cita yang selama ini didambakannya.
Walau sudah sukses, sikap mandiri Rafa tidak akan pernah pudar. Kemandirian itu sudah melekat dalam dirinya dan menjadi ciri khasnya. Bahkan, orang-orang sekitar tertular oleh sikap mandirinya tersebut. Banyak yang menjadikannya sebagai panutan. Tanpa sadar, ia sudah memberikan pengaruh baik kepada mereka. Hal itulah yang menjadi kunci kesuksesannya.
Komentar
Sae bageur... Banyak pelajaran hidup yg dapat diambil dari isi cerpen tersebut. Kesuksesan hidup itu tidak datang serta merta, tetapi harus diperjuangkan...
kereeen sampai terbawa arus alur cerita ..
mengagumkan.....
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
NGANJANG KA BULAN
NGANJANG KA BULAN Ku Sumyati Wanci nyérélék maju ka peuting. Hawa di kamar beuki bayeungyang waé karasana ku Néng Asih m
TERJEBAK TULISAN SENDIRI
(Oleh: Sumyati ) Mobil xenia putih berhenti pas di depan gerbang utama rumah berlantai dua. Rumah berpagar batu alam yang terletak di jalan utama terlihat
PUISI RAMADAN
PRAKTIK ZAKAT oleh Sumyati antrian anak pria wanitasatu persatu mendekati mejadijaga tiga anak beliadepan kelas merekadi tangannya uang recehan enam lembar lima ribuan anak berkemeja
PUISI RAMADAN
BAJU LEBARAN Oleh Sumyati tradisi idul firtiyang tak terpungkiridari cacah hingga priyayiwalau lidah mengingkari, meredam hatidari rayuan mata kanan dan kirishopee, lazada dan toko pe
PUISI RAMADAN
ISYA Oleh Sumyati Rasululloh bersabda:subuh dan isya adalah salat terberat bagi para munafikpadahal telah alloh persiapkan pahalasetara pahala salat sunat sete
KUTIFAN AUTO BIOGRAFI
ANTARA TUGAS NEGARA DAN ANAK H.R. Tirmidzi Dan ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu beriringan dengan kesabaran. Jalan keluar beriringan dengan kesukaran
RAMADAN BERPUISI 3
PESAN AR-RAHMAN Tahukah Kalian: kenapa allah menciptakan mahluknya berpasangan? ada kemarau ada hujan ada panas ada dingin ada susah ada sena
RAMADAN BERPUISI 2
RASA, CINTA DAN DOSA Masih tentang hati dan rasa yang tak mampu berhenti mengeja angan, harapan dan kenyataan duka, lara dan kecewa hingga cemburu mengusut na
ADAKAH YANG KAU LIHAT TAK SEIMBANG Oleh : Omah Karmanah
GAPAILAH CITA-CITAMU SETINGGI LANGIT, TERBANGLAH SAMPAI KE ATAS AWAN TANPA SENGIT , TUK MENGGAPAI CITA-CITA DAN HARAPAN, TETAP SEMANGAT TUK MASA DEPAN WALAU GELOMBANG DATANG
Teks Fabel ( Moni dan Gucci)
Oleh: Dra. Omah Karmanah, M.M.Pd. Cerita fabel merupakan cerita tentang kehidupan binatang yang berperilaku menyerupai manusia. Fabel termasuk jenis cerita fiksi, bukan kisah t
MasyaAllah...Alya..kuereeen...teruskan bakat kamu untuk tetap menulis...berliterasi agar bisa menginspirasi lingkunganmu????????????????????????????