You need to enable javaScript to run this app.

KANTONG KERESEK

  • Selasa, 15 Februari 2022
  • Euis Yuyun Sriayuningsih, S.Pd.
  • 4 komentar
KANTONG KERESEK

KANTONG KERESEK

Oleh : Euis Yuyun S., S.Pd.

   Beberapa tahun yang lalu, saya dan suami bekerja disuatu Lembaga yang jadwal kerjanya setiap hari minggu. Biasanya kami berangkat di hari Sabtu, karena tempat kerja kami di luar kota. Suatu hari suami saya berangkat terlebih dahulu karena ada tugas lain, suami berangkat hari jum’at dan saya berangkat hari Sabtu. Setelah sampai ditempat tujuan suami menelepon saya, beliau berkata bahwa minggu tersebut adalah pertemuan kerja terakhir dan minggu dibagikannya gaji, kebetulan pada saat itu pembagian gaji secara manual, belum melalui rekening. Suami menelepon saya kembali, “bu, maaf ayah lupa jika minggu ini adalah minggu terakhir, tetapi ibu tenang saja, ayah sudah menelepon rekan kerja ayah, jadi besok ibu berangkat kesini bersama rekan kerja ayah”. Kemudian saya jawab “iya ayah, terima kasih”.

   Hari Sabtu sekitar pukul 16.00 WIB saya sudah siap berangkat ke tempat kerja, saya menunggu rekan kerja suami yang akan menjemput, hari semakin sore namun yang menjemput tidak kunjung datang, sayapun mulai gelisah, kemudian saya menelepon suami dan berkata, “ayah, jam berapa rekan kerja ayah akan menjemput ibu?”. Suamipun kaget dan berkata, “Jadi ibu saat ini masih berada dirumah?”. “iya ayah”. Jawab saya. Kemudian beliau menelepon kembali rekan kerjanya. Ternyata rekan kerja tersebut lupa menjemput dan beliau sudah dekat ke lokasi tujuan. Astagfirullah al adzim, saya berpikir sejenak bagaimana caranya membawa uang sebanyak ini sendiri menggunakan kendaraan umum. Saya bergegas ke dapur untuk mengambil beberapa kantong keresek, map coklat yang berisi uang itu saya masukan ke dalam kantong keresek hingga 3 lapis, kemudian saya ikat menggunakan tali rapia. Saya membawa 2 kantong, kantong selendang saya isi dengan minuman, makanan, kayu putih, hp dan uang untuk membayar kendaraan umum. Bismillah, saya berangkat sendiri dengan membawa kantong keresek dan kantong selendang.

   Ketika menunggu kendaraan umum di pinggir jalan, tak henti- hentinya saya beristigfar sambil melihat kendaraan yang melintas. Jika kendaraan umum terlihat penuh saya tidak menaikinya walaupun kendaraan tersebut berhenti di hadapan saya. Setelah menunggu beberapa saat, ada kendaraan yang terlihat belum ada penumpangnya, kemudian saya naik dan duduk dipinggir dekat dengan jendela. Kantong keresek yang berisi uang tadi saya simpan didekat kaki dan ditalikan ke kaki kiri saya, maksudnya supaya kantong keresek itu tidak terguling, jika tersegeser pasti akan ada bunyi keresek dan ketika turun dari mobil tidak lupa dibawa. Kira- kira sekitar 6 menit kemudian naiklah seorang ibu dan duduk disebelah, baru saja 20 menit kendaraan melaju, ibu tersebut muntah terkena jok dan tempat kaki berpijak, rupanya beliau sedang kurang sehat. Tak lama kemudian beliau turun dari mobil, saya tutup muntah itu dengan tissue dan saya beri kayu putih supaya tidak terlalu bau.

   Mobil kembali melaju, beberapa menitpun berlalu, naiklah dua orang pemuda berpakaian rapi, satu orang diantaranya bertanya sambil menunjuk yang ditutupi dengan tissue itu, kemudian saya jawab bahwa itu adalah muntah. Mereka tidak jadi duduk didekat saya dan duduklah mereka dijok belakang saya. Salah satu pemuda itu menepuk pundak saya berkali- kali, dia menyuruh saya untuk duduk didekatnya duduk di tempat yang bersih, kemudian saya menolaknya, dalam hati saya berpikir pemuda tersebut baik dan peduli, tetapi saya tidak mungkin pindah karena ada kantong keresek yang ditalikan ke kaki kiri saya. Tak lama kemudian ada seorang ibu yang masuk dan duduk disebelah pemuda itu, pemuda dan ibu tersebut mengobrol hangat dan tertawa bersama. Tiba- tiba kedua pemuda tersebut turun dari mobil kemudian pamit kepada saya dan ibu disebelahnya. Tak lama kemudian, ibu itu terkejut, menangis dan berkata bahwa dompetnya ternyata tidak ada. Rupaya kedua pemuda itu adalah copet. Astagfirullah al adzim.

   Setelah saya tahu bahwa kedua pemuda itu copet, saya terkejut dan merinding, langsung saja saya memeluk erat kantong selendang yang saya bawa. Seketika saya sadar bahwa jumlah uang yang banyak itu terdapat dikantong keresek bukan di kantong selendang, pelan- pelan saya memegang kantong keresek yang ditalikan di kaki kiri. Sayapun melanjutkan perjalanan, mobil melaju cukup cepat. Tidak lama kemudian kenektur menyebutkan kota yang saya tuju berkali- kali. Alhamdulillah saya sampai ke kota tujuan dengan selamat, tak lupa tali kantong keresek dilepas terlebih dahulu sebelum turun dari mobil.

 

 

Bagikan artikel ini:

4 Komentar

"Pengalaman untuk dijadikan modal waspada dimanapun kita berada ya bu"
16 Feb 2022 16:30 Omah Karmanah
"Terima kasih ya ."
16 Feb 2022 10:23 Euis Yuyun
"Wah Subhanalloh nganggo keresek asa emut zaman kapungkur... Carpon yang menghibur dan sarat makna..."
16 Feb 2022 09:50 Ema Rachmawati
"Terima kasih ceritanya bu. Dimanapun berada, kita harus tetap waspada ya bu ????"
16 Feb 2022 08:16 Ayu

Beri Komentar

Dr. H. CUCU JUNAEDI, S.Pd., M.Pd

- Kepala Sekolah -

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya lah akhirnya Website sekolah ini dengan...

Berlangganan
Jajak Pendapat

Bagaimana informasi di web ini ?

Hasil
Banner